Senin, 26 September 2011
Obat Golongan Nitrat Pada Angina Pectoris
06.35 | Diposting oleh
Afra_Rosmawati., Apt |
Edit Entri
Angina pektoris adalah deskripsi dari sekumpulan gejala khas yang berkaitan dengan iskemia miokard dan biasanya diakibatkan oleh penyempitan ateromatosa arteri koroner. Gejala ini termasuk rasa terikat pada dada, biasanya retrosternal dan sering menjalar ke lengan, dispresipitasi oleh aktivitas, dan membaik dengan istirahat serta pemberian nitrat. Angina pektoris terjadi dimulai dari arteri koroner yang mengalirkan darah ke jantung. Dengan meningkatnya usia, plak ateromatosa secara progresif mempersempit arteri, dan obstruksi pada aliran darah pada suatu saat bisa menjadi sangat parah. Pada saat aktivitas meningkatkan konsumsi oksigen jantung, darah yang melalui arteri tidak cukup untuk memberi darah pada jantung. Otot yang mengalami iskemia kemudian memberikan gejala khas angina pektoris, kemungkinan karena produk-produk sisa yang dilepaskan selama kontraksi otot tertumpuk dalam jaringan yang perfusinya buruk.
Generik: -
Merek dagang (brand name):
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia, kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstriktif, stenosis mitral, anemia berat, trauma kepala, pendarahan otak, dan glaukoma sudut sempit.
Dosis dan aturan pakai: dosis awal 20 mg, 2-3 kali sehari atau 40 mg, 2 kali sehari (10 mg, 2 kali sehari pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya), bila perlu sampai 120 mg sehari dalam dosis terbagi.
Efek samping: sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing hipotensi postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksial).
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, akantetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati, akantetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi hepar.
2. Isosorbid dinitrat
Generik: Isosorbid Dinitrat tablet sublingual 5 mg, 10 mg.
Merek dagang (brand name):
Kontraindikasi: lihat Isosorbid mononitrat.
Dosis dan aturan pakai: oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg sampai 240 mg bila perlu. Infus intravena 2-10 mg/jam, dosis lebih tinggi sampai 20 mg/ jam mungkin diperlukan.
Efek samping: lihat isosorbid mononitrat
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
3. Gliseril trinitrat
Generik: -
Merek dagang (brand name):
Kontraindikasi: lihat Isosorbid mononitrat.
Dosis dan aturan pakai: sublingual, 0,3-1 mg, bila perlu diulang; oral profilaksis angina, 2,6-2,8 mg 3 kali sehari atau 10 mg 2-3 kali sehari; infus intravena 10-200 mcg/menit.
Efek samping: lihat isosorbid mononitrat
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
Referensi:
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 58-68, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, British National Formulary, Edisi 50, 104-108, British Medical Association, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Anonim, 2007, MIMS Indonesia: Petunjuk dan Konsultasi, Edisi VI, 37-38, PT. InfoMaster Lisensi dari CMPMedica.
Lacy, C.F, dkk, 2006, Drug Information Handbook, Edisi XIV, 871-874,1909, Lexi-Comp Inc., Hudson, Ohio.
Neal, M.J., 2006, At a Galance Farmakologi Medis, Edisi V, 38-39, Erlangga, Jakarta.
Secara klinis dikenal tiga jenis angina pektoris, yaitu angina klasik (angina stabil kronik, effort-induced angina) terjadi karena adanya sumbatan anatomik berupa aterosklerosis koroner sehingga aliran koroner tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung yang meningkat (paling umum ditemui setelah kerja fisik, emosi atau makan); angina varian (angina Prinzmetal) terjadi karena vasospasme koroner (sumbatan fungsional) dan timbul sewaktu istirahat, yang mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen pada jaringan jantung; angina tidak stabil ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan lama serangan angina (crescendo), diinduksi oleh adanya stimulus ringan dan terjadi baik sewaktu istirahat maupun kerja fisik. Angina tidak stabil meliputi: kelompok penderita yang baru (dalam 6 minggu) mengalami serangan angina yang berat dan sering; yang mengalami angina sewaktu istirahat; angina stabil yang bertambah berat, lebih sering dan lebih lama; dan angina yang mengalami infark jantung akut atau infark yang semakin memburuk
Sasaran terapi untuk angina pektoris meliputi relaksasi otot polos jantung, dilatasi pembuluh vena besar, dan melebarkan pembuluh darah koroner. Pemberian terapi antiangina bertujuan untuk mengatasi atau mencegah serangan akut angina pektoris, pencegahan jangka panjang serangan angina. Tujuan ini dapat tercapai dengan mengembalikan imbangan dan mencegah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard, dengan cara meningkatkan suplai oksigen (meningkatkan aliran darah koroner) ke bagian miokard yang iskemik dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen jantung (mengurangi kerja jantung).
Strategi terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi angina pektoris meliputi terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat dimana membutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnya, mengurangi konsumsi makanan berlemak, dan istirahat yang cukup. Terapi farmakologis untuk angina pektoris meliputi penggunaan obat golongan nitrat, obat golongan antagonis adrenoreseptor β dan antagonis kalsium.
Obat golongan nitrat merupakan lini (pilihan) pertama dalam pengobatan angina pektoris. Mekanisme kerja obat golongan nitrat dimulai ketika metabolisme obat pertama kali melepaskan ion nitit (NO2-), suatu proses yang membutuhkan tiol jaringan. Di dalam sel, NO2- diubah menjadi nitrat oksida (NO), yang kemudian mengaktivasi guanilat siklase, yang menyebabkan peningkatan konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada sel otot polos vaskular. Bagaimana cGMP menyebabkan relaksasi, belum diketahui secara jelas, tetapi hal tersebut akhirnya menyebabkan defosforisasi miosin rantai pendek (MCL), kemungkinan dengan menurunkan konsentrasi ion Ca2+ bebas dalam sitosol. Hal tersebut akan menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Nitrat organik menurunkan kerja jantung melalui efek dilatasi pembuluh darah sistemik. Venodilatasi menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel (beban hulu) dan volume ventrikel menurun. Beban hulu yang menurun juga memperbaiki perfusi sub endokard. Vasodilatasi menyebabkan penurunan resistensi perifer sehingga tegangan dinding ventrikel sewaktu sistole (beban hilir) berkurang. Akibatnya, kerja jantung dan konsumsi oksigen menjadi berkurang. Ini merupakan mekanisme antiangina yang utama dari nitrat organik.
Dilihat dari farmakokinetiknya, nitrat organik mengalami denitrasi oleh enzim glutation-nitrat organik reduktase dalam hati. Golongan nitrat lebih mudah larut dalam lemak, sedangkan metabolitnya bersifat lebih larut dalam air sehingga efek vasodilatasi dari metabolitnya lebih lemah atau hilang. Eritritil tetranitrat (berat molekul tinggi, bentuk padat) mengalami degradasi tiga kali lebih cepat daripada nitrogliserin (berat molekul rendah, bentuk seperti minyak). Sedangkan isosorbid dinitrat dan pentaeritritol tetranitrat (berat molekul tinggi, bentuk padat) mengalami denitrasi 1/6 dan 1/10 kali dari nitrogliserin. Kadar puncak nitrogliserin terjadi dalam 4 menit setelah pemberian sublingual dengan waktu paruh 1-3 menit. Metabolitnya berefek sepuluh kali lebih lemah, tetapi waktu paruhnya lebih panjang, yaitu kira-kira 40 menit. Isosorbid dinitrat paling banyak digunakan, tetapi cepat dimetabolisme oleh hati. Penggunaan isosorbid mononitrat yang merupakan metabolit aktif utama dari dinitrat bertujuan untuk mencegah variasi absorpsi dan metabolisme lintas pertama dari dinitrat yang dapat diperkirakan.
Dalam mengatasi serangan angina, maka yang terpenting adalah memilih nitrat organik dengan mula kerja obat yang cepat. Sebaliknya, untuk pencegahan timbulnya angina, maka yang terpenting adalah lama kerja obat. Mula kerja (onset) dan lama kerja (durasi) obat tergantung dari cara pemberian dan formulasi farmasi. Pemberian nitrat organik sublingual efektif untuk mengobati serangan angina akut. Dengan cara ini absorpsi berlangsung cepat dan obat terhindar dari metabolisme lintas pertama di hati, sehingga bioavailabilitasnya sangat meningkat (isosorbid dinitrat 30% dan nitrogliserin 38%). Mula kerja obat tampak dalam 1-2 menit, tetapi efeknya dengan cepat akan menurun sehingga setelah 1 jam hilang sama sekali. Nitrat organik dapat diberikan secara oral (p.o) untuk tujuan pencegahan timbulnya serangan angina. Dalam hal ini, obat tersebut harus diberikan dalam dosis cukup besar agar kemampuan metabolisme hati untuk obat ini menjadi jenuh. Mula kerja nitrat organik oral adalah lambat, puncaknya tercapai dalam 60-90 menit dan lama kerja berkisar 3-6 jam. Nitrat organik dapat juga diberikan intravena (i.v) agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik yang tinggi cepat tercapai. Nitrogliserin i.v bermanfaat untuk pengobatan vasospasme koroner dan angina pektoris tidak stabil dan mungkin merupakan cara terbaik untuk mengobati segera angina akut. Pemberian nitrogliserin dalam bentuk salep atau disk dimaksudkan untuk tujuan profilaksis karena obat diabsorpsi secara perlahan lewat kulit. Efek terapi tampak dalam 60 menit dan berakhir dalam 4-8 jam. Pada sediaan disk, nitrogliserin terdapat sebagai depot dengan reservoir suatu polimer pada plester. Mula kerja lambat dan puncak efek tercapai setelah 1-2 jam.
Secara umum efek samping yang timbul akibat penggunaan obat golongan nitrat untuk antiangina, antara lain: dilatasi arteri akibat nitrat menyebabkan sakit kepala (30-60% dari pasien yang menerima terapi nitrat), sehingga seringkali dosisnya dibatasi. Efek samping yang lebih serius adalah hipotensi dan pingsan. Refleks takikardia seringkali terjadi. Dosis tinggi yang diberikan jangka panjang bisa menyebabkan methemoglobinemia sebagai akibat oksidasi hemoglobin. Sesekali juga dapat menyebabkan rash. Penggunaan nitrat yang berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya toleransi, bukan saja pada efek samping, tapi juga pada efek antiangina dari nitrat kerja lama. Ketergantungan pada nitrat terjadi pada pemberian nitrat kerja lama (oral maupun topikal). Penghentian terapi kronik harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari timbulnya fenomena rebound berupa vasospasme yang berlebihan dengan akibat memburuknya angina sampai terjadinya infark miokard dan kematian mendadak. Udem perifer juga kadang-kadang terjadi pada pemberian nitrat kerja lama (oral maupun topikal). Nitrat yang diberikan secara oral dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak.
Beberapa contoh obat antiangina dari golongan nitrat:
1. Isosorbid mononitratGenerik: -
Merek dagang (brand name):
- Distributor dari Indonesia: Elantan® (Pharos) tablet 20 mg, 40 mg; Monecta* (Pratama Nirmala) tablet 10 mg, 20 mg; Pentacad® (Darya Varia) tablet 20 mg.
- Distributor dari luar negeri: Imdur® ( Astra pharmaceuticals-Australia) tablet pelepasan lambat 60 mg; Mono Mack® (Heinrich Mack Nachf-Jerman) tablet 40 mg dan tablet pelepasan lambat 50 mg; Mono Mack® 50 D (Heinrich Mack Nachf-Jerman) tablet pelepasan lambat 50 mg dan Drops 40 mg.
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia, kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstriktif, stenosis mitral, anemia berat, trauma kepala, pendarahan otak, dan glaukoma sudut sempit.
Dosis dan aturan pakai: dosis awal 20 mg, 2-3 kali sehari atau 40 mg, 2 kali sehari (10 mg, 2 kali sehari pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya), bila perlu sampai 120 mg sehari dalam dosis terbagi.
Efek samping: sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing hipotensi postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksial).
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, akantetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati, akantetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi hepar.
2. Isosorbid dinitrat
Generik: Isosorbid Dinitrat tablet sublingual 5 mg, 10 mg.
Merek dagang (brand name):
- Distributor dari Indonesia: Isoket® (Pharos) tablet 5 mg, 10 mg; Isoket Retard® (Pharos) tablet pelepasan lambat 20 mg, 40 mg, cairan injeksi 1 mg/ml, aerosol 25 mg/ml, krim 100 mg/g; Farsorbid® (Pratama Nirmala) tablet sublingual 5 mg, 10 mg; Cedocard® (Darya Varia) tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg; Cedocard Retard® (Darya Varia) tablet pelepasan lambat 20 mg.
- Distributor dari luar negeri: Isomack Retard® (Heinrich Mack Nachf-Jerman) kapsul 20 mg; Isomack Spray® (Heinrich Mack Nachf-Jerman) buccal spray 13,9 mg/ml; Td. Spray Iso Mack (Heinrich Mack Nachf-Jerman) spray transdermal 96,7 mg/ml; Vascardin (Nicholas) tablet 5 mg, 10 mg.
Kontraindikasi: lihat Isosorbid mononitrat.
Dosis dan aturan pakai: oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg sampai 240 mg bila perlu. Infus intravena 2-10 mg/jam, dosis lebih tinggi sampai 20 mg/ jam mungkin diperlukan.
Efek samping: lihat isosorbid mononitrat
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
3. Gliseril trinitrat
Generik: -
Merek dagang (brand name):
- Distributor dari Indonesia: -
- Distributor dari luar negeri: Glyceryl Trinitrate® (Davil Bull Lab-Australia) cairan injeksi 5 mg/ml; Nitro Mack Retard® (Heinrich Mack Nachf-Jerman) kapsul pelepasan lambat 2,5 mg, 5 mg; Minitran® (3M Pharmaceutical Pty Ltd-Australia) tansdermal 0,2 mg/jam, 0,4 mg/jam; Nitradisc® (Searle Pharmaceutical Inc-U.S.A) transdermal 16 mg, 32 mg; Nitro-Dur® (Key-U.S.A) transdermal 2,5 mg/24 jam, 5 mg/24 jam, 7,5 mg/24 jam, 10 mg/24 jam; Nitrocin® (Schwarz-West Germany) cairan injeksi 1 mg/ml; Nitroderm Tts® (Novartis-Switzerland) transdermal 250 mg, 500 mg, 750 mg; Nitrodisc® (Novartis-Switzerland) 160 mg; Nitrostat (Parke Davis-Australia) tablet 0,3 mg, 0,6 mg.
Kontraindikasi: lihat Isosorbid mononitrat.
Dosis dan aturan pakai: sublingual, 0,3-1 mg, bila perlu diulang; oral profilaksis angina, 2,6-2,8 mg 3 kali sehari atau 10 mg 2-3 kali sehari; infus intravena 10-200 mcg/menit.
Efek samping: lihat isosorbid mononitrat
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati, sehingga dosis obat perlu diturunkan.
Referensi:
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 58-68, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, British National Formulary, Edisi 50, 104-108, British Medical Association, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Anonim, 2007, MIMS Indonesia: Petunjuk dan Konsultasi, Edisi VI, 37-38, PT. InfoMaster Lisensi dari CMPMedica.
Lacy, C.F, dkk, 2006, Drug Information Handbook, Edisi XIV, 871-874,1909, Lexi-Comp Inc., Hudson, Ohio.
Neal, M.J., 2006, At a Galance Farmakologi Medis, Edisi V, 38-39, Erlangga, Jakarta.
Mekanisme dan Interaksi Obat
04.32 | Diposting oleh
Afra_Rosmawati., Apt |
Edit Entri
- PARASETAMOL
Faemakologi
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Interaksi Obat
Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin.
- ASAM MEFENAMAT
Farmakologi
Asam mepenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksiginase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.
Interaksi Obat
Penggunaan bersama dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang ” Prothombin”
- ALUMINIUM HIDROKSIDA & MAGNESIUM HIDROKSIDA
Farmakologi
Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magmesium Hidroksida merupakan antasida yang bekerja menetralkan asam lambung dan meninaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Disamping itu, efek laksatif dari magnesium Hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari aluminium hidroksida.
Interaksi Obat
Dapat mengganggu absoropsi obat – obat tertentu seperti : Ketokenazole,metenamin,dan tetrasiclyn sehingga mengurangi aktifitasnya.oleh karena itu pemakaian harus berselang waktu minimal 1 – 2 jam.
- AMOKSISILIN
Farmaklogi
Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsoropsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan,tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan dengan probenesid sehingga memperpanjang efek terapi. Amoksisilin aktif terhadap organisme Gram-positif dan Gram-negatif.
Interaksi Obat
Probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang level darah dari amoksisilin. Penggunaan bersamaan dengan allupurinol dapat menyebabkan peningkatan terjadinya reaksi kulit.
- SULFAMETHOXAZOLE
Farmakologi
Sulfamethoxazole termasuk golongan sulfonamida,bekerja secara kompetitif dengan PABA, dimana PABA dibutuhkan oleh bakteri dalam hidupnya. Dengan adanya Sulfonamida,pertumbuhan bakteri dihambat,karena masuknya PABA ke dalam molekul,sehingga pembentukan asam dihidrofolat terhambat.
Interaksi Obat
Bila digunakan bersama – sama dengan anti koagulan oral meningkatkan efek anti koagulan oral akibatnya dapat terjadi shock hipoglukemik. Memperpanjang waktu paruh dari penitoin. Sulfmethoxazole dapat menggantikan kedudukan ikatan protein plasma oleh beberapa obat yang bersifat asam termasuk fenilbutajon,dikumarol dan asam salisilat.Kombinasi dengan INH dapat menyebabkan hemolitik anemia akut. Vitamin C merupakan ekskresi dari Sulfonamida,sehingga kemungkinan terjadinya kristaluria diperbesar. Dapat menyebabkan trombositepenia jika digunakan bersama sama dengan diuretika tiazid.
- DEXSAMETHASON
Farmakologi
Dexsametason merupakan glukokortikoid sintetik dengan efek antiinflamasi dan anti alergi. Dexametason mencegah atau menekan timbulnya tanda – tanda peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme,zat kimia atau atau iritasi termik,trauma atau alergan. Pada inflamasi permeabilitas kapiler bertambah,menyebabkan cairan edema dan protein ke daerah inflamasi.Dexsametason dapat mencegah gangguan permeabilitas tersebut sehingga pembengkakan dapat ditiadakan atau dapat berkurang dan juga dapat terjadi penghambatan eksudasi sel leukosit dan sel mast. Dexsametason dapat mempertahankan keutuhan membran sel dan membran plasma sehingga kerusakan sel oleh toksin,enzim protolitik atau sebab mekanik dapat diatasi. Dexsametason dapat menstabilkan membran lisosom sehingga menghambat pengeluaran enzim hidrolase yang dapat menghancurkan isi sel dan menyebabkan perluasan reaksi inflamasi. Aktifitas anti inflamasi ini secara kuantitatif tergantung kadar hormon didaerah meradang. Sebagai anti alergi Dexsametason menyebabkan sel limfosit yamg berperan pada reaksi sensitisasi dan imunologik yaitu limposit B yang menghasilkan anti bodi dan limposit T yang desensitisasi ternyata resisten terhadap efek dekstruktif. Efek Dexsametason terhadap sel limposit ini bersifat sekunder terhadap penghambatan sintesis protein dan metabolisme sel. Dexsametason bekerja dengan mempengaruhi sintesa protein pada proses transkripsi RNA.
Interaksi Obat
Dexsametason menyebabkan efek derivat kumarin melemah (Karena jumlah trombosit meningkat),tetapi kecendrungan perdarahan meningkat. Pemberian bersama Atropin atau Antikolinergik yang lain akan meningkatkan tekanan intra Okuler. Dexsametason dapat meningkatkan kebutuhan insulin atau antidiabetika oral. Metabolisme Kortikosteroid dipercepat dengan adanya antiepilepsi : Carbamazepine dan Piramidone dan adanya Aminoglutetimide. Dengan Salisilat dan antirematik non steroid akan meningkatkan insiden tukak lambung dengan adanya bahaya perdarahan gastrointestinal. Dengan antihipertensi,terjadi antagonisme terhadap efek hipotensi. Efek Dexsametason menurun pada pemberian bersama – sama Antasid,derivat barbiturat (Phenobarbital),Fenitoin,Rifampisin karena metabolisme kostikesteroid dipercepat. Pemberian bersama – sama diuretika dan thiazide menambah resiko hipokalemia metabolisme dihambat oleh estrogen dan pada orang tua meningkat pada hiperthyrosis.
- DIGOKSIN
Farmakologi
Merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraki otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke inta sel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neorotransmiter.
Interaksi Obat
Kuinidin,Verapamil,Amiodaron dan Profapenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik kortikosteroid dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah. Propantelin,Difenoksilat,meningkatkan absoropsi digoksin. Antasida,Kaolin-peptin,Sulfasalazin,Neomisinia,Kolestiramin,beberapa obat kangker, menghambat absoropsi digoksin. Simpatomimetik,meningkatkan resiko aritima. Beta – bloker, Kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksi AV.
Medikasi Jantung dalam Kehamilan
04.25 | Diposting oleh
Afra_Rosmawati., Apt |
Edit Entri
Obat-obat jantung atau kardiaka adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal. Berdasarkan efeknya atas jantung, kardiaka dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yakni :
1. Kardiotonika
Efeknya memperkuat kontraktilitas otot jantung (efek inotrop positif), terutama digunakan pada gagal jantung untuk memperbaiki fungsi pompanya. Kelompok kardiotonika terdiri dari : glikosida jantung (digoksin, metildigoksin, digitoksin), dopaminergika (dopamine, ibopamin, dobutamin) dan penghambat fosfodiesterase (amrinon, milrinon).
2. Obat angina pektoris
Mempunyai daya vasodilatasi atau memperlambat frekuensi jantung. Kelompok obat angina pektoris dibagi menjadi : vasodilator koroner (nitrogliserin, isosorbid-dinitrat, dipiridamol), beta-bloker (sotalol, labetolol), dan antagonis-Ca (nifedipin, verapamil, diltiazem).
3. Antiaritmika
Khasiatnya meniadakan kelainan irama jantung.
Dalam bab ini juga akan dibahas jenis obat lain yang juga penting dalam penyakit jantung dan vaskular, meliputi obat anti hipertensi dan anti trombotik (zat-zat yang digunakan untuk pengobatan atau pencegahan trombosis dan emboli).
1. KARDIOTONIKA
a. Glikosida Jantung
Cara Kerja
Khasiat digoksin yang terpenting adalah efek inotrop positif, yakni memperkuat kontraksi jantung, sehingga volume pukulan, volume menit dan diuresis diperbesar, serta jantung yang membesar dapat mengecil lagi. Frekuensi denyutan juga diturunkan (efek kronotrop negatif) akibat stimulasi nervus vagus. Hal ini berbeda dengan banyak zat inotrop positif lain.
Efek pada Wanita Hamil
Wanita hamil boleh menggunakan digoksin dalam dosis normal. Digoksin digunakan untuk mengontrol frekuensi jantung dan memperlama waktu untuk aliran darah ke ventrikel kiri. Sebagian besar ahli menyetujui jika wanita mempunyai risiko fibrilasi atrium atau penyakit jantung mitral dan pembesaran atrium kiri, digoksin diindikasikan.
Dosis : digitalisasi oral 0,25-0,75 mg sehari a.c selama 1 minggu, pemeliharaan 1 dd 0,125-0,5 mg a.c.
b. Dopaminergika
Cara Kerja
Dopamin adalah neurotransmiter sentral prekursor adrenalin. Stimulasi dopaminergik mengakibatkan efek yang sama dengan khasiat dopamin, seperti vasodilatasi, memperkuat kontaktilitas jantung, dan penghambat pelepasan adrenalin.
Efek pada Kehamilan
Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.
c. Penghambat Fosfodiesterase
Cara kerja
Berkhasiat inotrop positif dan memiliki efek vasodilatasi.
Efek pada Kehamilan
Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.
2. OBAT ANGINA PEKTORIS
a. Vasodilator Koroner
Cara Kerja
Berkhasiat relaksasi otot pembuluh darah, bronkus, saluran empedu, lambung dan usus serta saluran kemih.
Efek pada Kehamilan
Penggunaan pada wanita hamil masih belum diketahui efeknya. Namun demikian menurut Roth dan Elkayam, nitrogliserin boleh digunakan pada keadaan miokard infark dengan pengawasan tekanan darah secara ketat.
b. Beta Bloker
Cara Kerja
Zat ini memperlambat pukulan jantung (bradikardi, efek kronotrop negatif). Di samping itu juga dapat meningkatkan peredaran darah karena bradikardi akan memperpanjang waktu diastole.
Efek pada Kehamilan
Baik digunakan sebagai terapi untuk peripartum kardiomiopati, ventrikuler takikardia, Q-T interval prolongation, miokard infark dan takiaritmia.
Dosis : kasus aritmia per-oral 2 dd 80 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampai maksimal 2 dd 160 mg. Kasus hipertensi dan angina 1 dd 160 mg.
c. Antagonis Kalsium
Cara Kerja
Zat ini memblok Calcium-channels di otot polos arterial dan menimbulkan relaksasi dan vasodilatasi perifer (efek kronotrop negatif).
Efek pada Kehamilan
Nifedipin merupakan anti hipertensi lini pertama pada preeklampsia berat, namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit jantung. Antagonis Ca juga boleh digunakan pada kasus miokard infark dan takiaritmia.
Dosis Nifedipin : 10-20 mg per-oral diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
3. ANTIARITMIKA
a. Kuinidin
Berefek pada stabilisasi membran, anti kolinergis, kronotrop negatif dan inotrop negatif. Wanita hamil tidak boleh menggunakan zat ini karena bersifat teratogenik.
b. Amiodaron
Berkhasiat anti aritmia, anti adrenergis dan vasodilatasi. Wanita hamil tidak boleh menggunakan amiodaron karena dapat menyebabkan struma pada janin.
c. Lidokain
Anestetikum lokal ini berkhasiat anti aritmia berdasarkan stabilisasi membran. Tetapi, berbeda dengan kinin, masa refrakter dan penyaluran impulsnya dipersingkat tanpa mengurangi daya kontraksi jantung. Aman digunakan pada wanita hamil, contohnya pada miokard infark.
Dosis : 300 mg i.m atau 50-100 mg i.v dalam 1-2 menit, jika perlu diulang setelah 5-10 menit. Langsung dilanjutkan dengan infus 200-300 mg/jam.
OBAT JENIS LAIN
I. Anti Hipertensi
Pemberian antihipertensi pada preeklampsia ringan maupun berat masih menjadi kontroversi, karena Duley dan beberapa peneliti lain menyimpulkan tidak jelas kegunaannya. Ada juga yang berpendapat bahwa anti hipertensi baru digunakan jika ditemukan tanda janin prematur, absence of fetal compromise, dan pengawasan ketat pada pasien.
Di sisi lain Hendorson menyimpulkan bahwa sampai didapatkan bukti yang lebih teruji, maka pemberian anti hipertensi diserahkan pada klinikus masing-masing. Ini berarti sampai sekarang belum ada antihipertensi yang terbaik untuk pengobatan anti hipertensi pada kehamilan.
Obat anti hipertensi dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diuretika
Cara Kerja
Diuretik meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.
Efek pada kehamilan :
Diuretik akan mengganggu volume plasma sehingga memperburuk perfusi organ dan aliran darah utero-plasenta sehingga tidak boleh digunakan.
b. Alfa-reseptor bloker
Cara kerja
Zat ini memblok reseptor alfa adrenergik yang terdapat di otot polos pembuluh darah, khususnya pembuluh kulit dan mukosa.
Efek pada kehamilan
Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.
c. Beta bloker
Cara kerja
Anti adrenergik dengan jalan menempati secara bersaing reseptor β adrenergik.
Efek pada kehamilan
Beta bloker pada umumnya tidak boleh digunakan karena mengurangi penyaluran darah melalui plasenta sehingga dapat merugikan perkembangan janin. Namun penggunaan labetolol (trandate) pada akhir kehamilan dianggap aman. Labetolol merupakan beta bloker tidak selektif yang juga bersifat α1-bloker. Berbeda dengan beta bloker lain, labetolol tidak berdaya inotrop negatif atau memperlihatkan waktu laten, karena α1-blokade menyebabkan vasodilatasi langsung secara cepat. Atenolol tidak boleh dipergunakan karena beberapa penelitian menunjukkan hubungannya dengan kejadian hambatan pertumbuhan janin dan berat badan lahir rendah.
Dosis labetolol : 20-80 mg bolus i.v.
d. Obat-obat Susunan Saraf Pusat
Cara kerja
Menstimulasi reseptor α2-adrenergik yang banyak terdapat di SSP. Melalui perangsangan ini, aktifitas saraf adrenergik perifer berkurang.
Efek pada kehamilan
Metildopa (Dopamet, Aldomet) dapat digunakan, karena metildopa mengurangi resistensi perifer tanpa banyak mengubah denyut jantung dan curah jantung, sehingga metildopa dianggap aman dan efektif, terutama untuk terapi hipertensi kronis.
Ferrer menyimpulkan bahwa penggunaannya pada trimester pertama tidak ada hubungannya dengan kelainan janin. Obat-obat lain belum memiliki cukup data, namun beberapa referensi beranggapan klonidin aman digunakan.
Dosis metildopa : 3 x 500 mg, dosis maksimal 3 gram per hari, dengan dosis permulaan 2 x 250 mg.
Dosis klonidine (Catapres): 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faal atau larutan air.
e. Antagonis Kalsium
Cara kerja
Zat ini menghambat pemasukan ion-Ca ekstrasel ke dalam sel sehingga mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi miokard serta dinding pembuluh.
Efek pada kehamilan
Nifedipin (Adalat/Retard/Oros) merupakan anti hipertensi lini pertama pada preeklampsia berat, sedangkan nimodipin (Nimotop) memiliki kontraindikasi mutlak pada kehamilan. Nifedipin digunakan untuk hipertensi berat dan secara luas digunakan pula sebagai tokolitik , namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit jantung dan wanita dengan kehamilan ganda.
Dosis Nifedipin: 10-20 mg per oral diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Nifedipin tidak boleh digunakan sublingual karena memiliki efek vasodilatasi sangat cepat.
f. Penghambat RAAS (Penghambat ACE dan AT II Receptor Bloker)
Cara kerja
Zat ini menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi.
Efek pada kehamilan
Wanita hamil tidak boleh menggunakan ACE inhibitor maupun AT II-bloker karena bersifat teratogenik terutama bila obat digunakan ibu selama 2 trimester terakhir. Penghambat ACE menyebabkan fetus mengalami gagal ginjal berkepanjangan, penurunan osifikasi tempurung kepala, dan disgenesis tubulus renal. Pada 3 bulan pertama kehamilan, ACE inhibitor dan angiotensin II dapat menyebabkan hipoplasia paru dan ginjal serta hipokalvaria antagonis reseptor. Jika diberikan setelah 3 bulan pertama dapat menyebabkan oligohidramnion, retardasi pertumbuhan, hipoplasia paru dan ginjal, anuria, hipotensi, serta hipokalvaria.
g. Vasodilatator
Cara kerja
Berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriole.
Efek pada kehamilan
Hanya hidralazin yang aman digunakan, sedangkan dihidralazin dan minoxidil belum tersedia cukup data. Hidralazin adalah vasodilator langsung pada arteriole yang menimbulkan refleks takikardia, peningkatan cardiac output, sehingga memperbaiki perfusi utero-plasenta. Namun ada pendapat bahwa sodium nitroprusside dan diazokside dapat digunakan sebagai anti hipertensi lini kedua pada preeklampsia berat.
Dosis Hidralazin dosis awal 5 mg bolus, jika tekanan darah turun 20-30 menit stelah pemberian awal, ulangi dengan dosis yang sama atau naikkan menjadi 10 mg tiap 20-30 menit.
Sodium Nitroprusside 0,25 µg iv/kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 µg iv/kg/ 5 menit
Diazokside 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infus 10 mg/menit/dititrasi.
II. Trombolitik
Adalah zat-zat yang digunakan untuk terapi dan prevensi trombosis.
a. Heparin
Berkhasiat menetralkan trombin dengan segera. Heparin yang tidak difraksionisasi merupakan pengobatan pilihan untuk tromboembolisme akut. Heparin tidak melewati plasenta, dengan demikian tidak bersifat teratogenik. Unfractioned heparin (UFH) dosis rendah masih menjadi kontroversi untuk digunakan pada wanita hamil. Beberapa ahli menemukan kematian pada wanita yang menggunakan heparin dosis rendah, namun beberapa penelitian menyarankan penggunaan unfractioned heparin selama kehamilan sampai 6-12 minggu paska persalinan. Setelah kelahiran, warfarin oral dapat digunakan. Heparin harus diberikan secara intravena atau subkutan untuk menjaga agar PTT menjadi 1,5-2,0 x normal.
Heparin juga baik digunakan pada atrial flutter atau atrial fibrillation jika fibrilasi menetap dan menjadi kronis saat kehamilan, terutama jika terdapat mitral stenosis.
Heparin dengan berat molekul rendah juga aman, namun efektivitasnya dalam kehamilan belum dapat divalidasi. Akibat waktu paruhnya yang panjang dan resistensinya, beberapa pihak menyarankan mengkonversi LMWH menjadi UFH pada usia gestasi 35-36 minggu.
b. Warfarin
Khasiat anti koagulannya berdasarkan mekanisme saingan dengan vitamin K. Terutama digunakan untuk prevensi sekunder infark otak dan jantung. Reimold dan Rutherford menyarankan penggunaannya selama kehamilan sampai usia kehamilan 36 minggu. Namun beberapa peneliti menyimpulkan, warfarin bersifat teratogenik dan dapat menyebabkan abortus dan malformasi janin.
Daftar Pustaka
1. Kardiotonika
Efeknya memperkuat kontraktilitas otot jantung (efek inotrop positif), terutama digunakan pada gagal jantung untuk memperbaiki fungsi pompanya. Kelompok kardiotonika terdiri dari : glikosida jantung (digoksin, metildigoksin, digitoksin), dopaminergika (dopamine, ibopamin, dobutamin) dan penghambat fosfodiesterase (amrinon, milrinon).
2. Obat angina pektoris
Mempunyai daya vasodilatasi atau memperlambat frekuensi jantung. Kelompok obat angina pektoris dibagi menjadi : vasodilator koroner (nitrogliserin, isosorbid-dinitrat, dipiridamol), beta-bloker (sotalol, labetolol), dan antagonis-Ca (nifedipin, verapamil, diltiazem).
3. Antiaritmika
Khasiatnya meniadakan kelainan irama jantung.
Dalam bab ini juga akan dibahas jenis obat lain yang juga penting dalam penyakit jantung dan vaskular, meliputi obat anti hipertensi dan anti trombotik (zat-zat yang digunakan untuk pengobatan atau pencegahan trombosis dan emboli).
1. KARDIOTONIKA
a. Glikosida Jantung
Cara Kerja
Khasiat digoksin yang terpenting adalah efek inotrop positif, yakni memperkuat kontraksi jantung, sehingga volume pukulan, volume menit dan diuresis diperbesar, serta jantung yang membesar dapat mengecil lagi. Frekuensi denyutan juga diturunkan (efek kronotrop negatif) akibat stimulasi nervus vagus. Hal ini berbeda dengan banyak zat inotrop positif lain.
Efek pada Wanita Hamil
Wanita hamil boleh menggunakan digoksin dalam dosis normal. Digoksin digunakan untuk mengontrol frekuensi jantung dan memperlama waktu untuk aliran darah ke ventrikel kiri. Sebagian besar ahli menyetujui jika wanita mempunyai risiko fibrilasi atrium atau penyakit jantung mitral dan pembesaran atrium kiri, digoksin diindikasikan.
Dosis : digitalisasi oral 0,25-0,75 mg sehari a.c selama 1 minggu, pemeliharaan 1 dd 0,125-0,5 mg a.c.
b. Dopaminergika
Cara Kerja
Dopamin adalah neurotransmiter sentral prekursor adrenalin. Stimulasi dopaminergik mengakibatkan efek yang sama dengan khasiat dopamin, seperti vasodilatasi, memperkuat kontaktilitas jantung, dan penghambat pelepasan adrenalin.
Efek pada Kehamilan
Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.
c. Penghambat Fosfodiesterase
Cara kerja
Berkhasiat inotrop positif dan memiliki efek vasodilatasi.
Efek pada Kehamilan
Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.
2. OBAT ANGINA PEKTORIS
a. Vasodilator Koroner
Cara Kerja
Berkhasiat relaksasi otot pembuluh darah, bronkus, saluran empedu, lambung dan usus serta saluran kemih.
Efek pada Kehamilan
Penggunaan pada wanita hamil masih belum diketahui efeknya. Namun demikian menurut Roth dan Elkayam, nitrogliserin boleh digunakan pada keadaan miokard infark dengan pengawasan tekanan darah secara ketat.
b. Beta Bloker
Cara Kerja
Zat ini memperlambat pukulan jantung (bradikardi, efek kronotrop negatif). Di samping itu juga dapat meningkatkan peredaran darah karena bradikardi akan memperpanjang waktu diastole.
Efek pada Kehamilan
Baik digunakan sebagai terapi untuk peripartum kardiomiopati, ventrikuler takikardia, Q-T interval prolongation, miokard infark dan takiaritmia.
Dosis : kasus aritmia per-oral 2 dd 80 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampai maksimal 2 dd 160 mg. Kasus hipertensi dan angina 1 dd 160 mg.
c. Antagonis Kalsium
Cara Kerja
Zat ini memblok Calcium-channels di otot polos arterial dan menimbulkan relaksasi dan vasodilatasi perifer (efek kronotrop negatif).
Efek pada Kehamilan
Nifedipin merupakan anti hipertensi lini pertama pada preeklampsia berat, namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit jantung. Antagonis Ca juga boleh digunakan pada kasus miokard infark dan takiaritmia.
Dosis Nifedipin : 10-20 mg per-oral diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
3. ANTIARITMIKA
a. Kuinidin
Berefek pada stabilisasi membran, anti kolinergis, kronotrop negatif dan inotrop negatif. Wanita hamil tidak boleh menggunakan zat ini karena bersifat teratogenik.
b. Amiodaron
Berkhasiat anti aritmia, anti adrenergis dan vasodilatasi. Wanita hamil tidak boleh menggunakan amiodaron karena dapat menyebabkan struma pada janin.
c. Lidokain
Anestetikum lokal ini berkhasiat anti aritmia berdasarkan stabilisasi membran. Tetapi, berbeda dengan kinin, masa refrakter dan penyaluran impulsnya dipersingkat tanpa mengurangi daya kontraksi jantung. Aman digunakan pada wanita hamil, contohnya pada miokard infark.
Dosis : 300 mg i.m atau 50-100 mg i.v dalam 1-2 menit, jika perlu diulang setelah 5-10 menit. Langsung dilanjutkan dengan infus 200-300 mg/jam.
OBAT JENIS LAIN
I. Anti Hipertensi
Pemberian antihipertensi pada preeklampsia ringan maupun berat masih menjadi kontroversi, karena Duley dan beberapa peneliti lain menyimpulkan tidak jelas kegunaannya. Ada juga yang berpendapat bahwa anti hipertensi baru digunakan jika ditemukan tanda janin prematur, absence of fetal compromise, dan pengawasan ketat pada pasien.
Di sisi lain Hendorson menyimpulkan bahwa sampai didapatkan bukti yang lebih teruji, maka pemberian anti hipertensi diserahkan pada klinikus masing-masing. Ini berarti sampai sekarang belum ada antihipertensi yang terbaik untuk pengobatan anti hipertensi pada kehamilan.
Obat anti hipertensi dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diuretika
Cara Kerja
Diuretik meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.
Efek pada kehamilan :
Diuretik akan mengganggu volume plasma sehingga memperburuk perfusi organ dan aliran darah utero-plasenta sehingga tidak boleh digunakan.
b. Alfa-reseptor bloker
Cara kerja
Zat ini memblok reseptor alfa adrenergik yang terdapat di otot polos pembuluh darah, khususnya pembuluh kulit dan mukosa.
Efek pada kehamilan
Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.
c. Beta bloker
Cara kerja
Anti adrenergik dengan jalan menempati secara bersaing reseptor β adrenergik.
Efek pada kehamilan
Beta bloker pada umumnya tidak boleh digunakan karena mengurangi penyaluran darah melalui plasenta sehingga dapat merugikan perkembangan janin. Namun penggunaan labetolol (trandate) pada akhir kehamilan dianggap aman. Labetolol merupakan beta bloker tidak selektif yang juga bersifat α1-bloker. Berbeda dengan beta bloker lain, labetolol tidak berdaya inotrop negatif atau memperlihatkan waktu laten, karena α1-blokade menyebabkan vasodilatasi langsung secara cepat. Atenolol tidak boleh dipergunakan karena beberapa penelitian menunjukkan hubungannya dengan kejadian hambatan pertumbuhan janin dan berat badan lahir rendah.
Dosis labetolol : 20-80 mg bolus i.v.
d. Obat-obat Susunan Saraf Pusat
Cara kerja
Menstimulasi reseptor α2-adrenergik yang banyak terdapat di SSP. Melalui perangsangan ini, aktifitas saraf adrenergik perifer berkurang.
Efek pada kehamilan
Metildopa (Dopamet, Aldomet) dapat digunakan, karena metildopa mengurangi resistensi perifer tanpa banyak mengubah denyut jantung dan curah jantung, sehingga metildopa dianggap aman dan efektif, terutama untuk terapi hipertensi kronis.
Ferrer menyimpulkan bahwa penggunaannya pada trimester pertama tidak ada hubungannya dengan kelainan janin. Obat-obat lain belum memiliki cukup data, namun beberapa referensi beranggapan klonidin aman digunakan.
Dosis metildopa : 3 x 500 mg, dosis maksimal 3 gram per hari, dengan dosis permulaan 2 x 250 mg.
Dosis klonidine (Catapres): 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faal atau larutan air.
e. Antagonis Kalsium
Cara kerja
Zat ini menghambat pemasukan ion-Ca ekstrasel ke dalam sel sehingga mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi miokard serta dinding pembuluh.
Efek pada kehamilan
Nifedipin (Adalat/Retard/Oros) merupakan anti hipertensi lini pertama pada preeklampsia berat, sedangkan nimodipin (Nimotop) memiliki kontraindikasi mutlak pada kehamilan. Nifedipin digunakan untuk hipertensi berat dan secara luas digunakan pula sebagai tokolitik , namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit jantung dan wanita dengan kehamilan ganda.
Dosis Nifedipin: 10-20 mg per oral diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Nifedipin tidak boleh digunakan sublingual karena memiliki efek vasodilatasi sangat cepat.
f. Penghambat RAAS (Penghambat ACE dan AT II Receptor Bloker)
Cara kerja
Zat ini menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi.
Efek pada kehamilan
Wanita hamil tidak boleh menggunakan ACE inhibitor maupun AT II-bloker karena bersifat teratogenik terutama bila obat digunakan ibu selama 2 trimester terakhir. Penghambat ACE menyebabkan fetus mengalami gagal ginjal berkepanjangan, penurunan osifikasi tempurung kepala, dan disgenesis tubulus renal. Pada 3 bulan pertama kehamilan, ACE inhibitor dan angiotensin II dapat menyebabkan hipoplasia paru dan ginjal serta hipokalvaria antagonis reseptor. Jika diberikan setelah 3 bulan pertama dapat menyebabkan oligohidramnion, retardasi pertumbuhan, hipoplasia paru dan ginjal, anuria, hipotensi, serta hipokalvaria.
g. Vasodilatator
Cara kerja
Berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriole.
Efek pada kehamilan
Hanya hidralazin yang aman digunakan, sedangkan dihidralazin dan minoxidil belum tersedia cukup data. Hidralazin adalah vasodilator langsung pada arteriole yang menimbulkan refleks takikardia, peningkatan cardiac output, sehingga memperbaiki perfusi utero-plasenta. Namun ada pendapat bahwa sodium nitroprusside dan diazokside dapat digunakan sebagai anti hipertensi lini kedua pada preeklampsia berat.
Dosis Hidralazin dosis awal 5 mg bolus, jika tekanan darah turun 20-30 menit stelah pemberian awal, ulangi dengan dosis yang sama atau naikkan menjadi 10 mg tiap 20-30 menit.
Sodium Nitroprusside 0,25 µg iv/kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 µg iv/kg/ 5 menit
Diazokside 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infus 10 mg/menit/dititrasi.
II. Trombolitik
Adalah zat-zat yang digunakan untuk terapi dan prevensi trombosis.
a. Heparin
Berkhasiat menetralkan trombin dengan segera. Heparin yang tidak difraksionisasi merupakan pengobatan pilihan untuk tromboembolisme akut. Heparin tidak melewati plasenta, dengan demikian tidak bersifat teratogenik. Unfractioned heparin (UFH) dosis rendah masih menjadi kontroversi untuk digunakan pada wanita hamil. Beberapa ahli menemukan kematian pada wanita yang menggunakan heparin dosis rendah, namun beberapa penelitian menyarankan penggunaan unfractioned heparin selama kehamilan sampai 6-12 minggu paska persalinan. Setelah kelahiran, warfarin oral dapat digunakan. Heparin harus diberikan secara intravena atau subkutan untuk menjaga agar PTT menjadi 1,5-2,0 x normal.
Heparin juga baik digunakan pada atrial flutter atau atrial fibrillation jika fibrilasi menetap dan menjadi kronis saat kehamilan, terutama jika terdapat mitral stenosis.
Heparin dengan berat molekul rendah juga aman, namun efektivitasnya dalam kehamilan belum dapat divalidasi. Akibat waktu paruhnya yang panjang dan resistensinya, beberapa pihak menyarankan mengkonversi LMWH menjadi UFH pada usia gestasi 35-36 minggu.
b. Warfarin
Khasiat anti koagulannya berdasarkan mekanisme saingan dengan vitamin K. Terutama digunakan untuk prevensi sekunder infark otak dan jantung. Reimold dan Rutherford menyarankan penggunaannya selama kehamilan sampai usia kehamilan 36 minggu. Namun beberapa peneliti menyimpulkan, warfarin bersifat teratogenik dan dapat menyebabkan abortus dan malformasi janin.
Daftar Pustaka
- Brunton L.L., Lazo J.S., Parker K.L. 2006. Goodman and Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition. McGraw Hill Medical Publishing Division.
- Cunningham dkk. 2010. Williams Obstetric 23rd Edition. Medical and Surgical Complication of Cardiovascular Disease. United States of America : The McGraw Hill Companies. 958-978.
- Danakas,G.T. 2007. The Care of The Gynecologic and Obstetric Patient 2nd edition. High Risk Obstetric. Philadelphia : Mosby Inc. 437-440.
- Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan Terapi. Antihipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Jones, Llewellyn, D. 2002. Dasar- Dasar Obstetri dan Ginekologi. Gangguan Kardiovascular. Jakarta : Hipocrates. 118-119.
- Mc. Phee, S.J, Papadakis, M.A. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment. Cardiovascular Complications of Pregnancy. California : McGraw-Hill Companies. 374.
- Mc. Phee, S.J, Papadakis, M.A. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment. Systemic Hypertension. California : McGraw-Hill Companies. 697.
- Norwitz, E., Schorge, J. 2008. At a Glance Obstetri and Gynecology. Penyakit Kardiovaskular dalam Kehamilan. Jakarta : Erlangga. 92-93.
- Opie L.H., Gersh B.J. 2009. Drugs for the Heart 7th Edition. Saunders Elsevier.
- Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Obat pada Perempuan Hamil dan Janinnya. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 67-80.
- Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Hipertensi dalam Kehamilan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 67-80.
- Tjay, T.H, Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Obat- Obat selama Kehamilan dan Laktasi. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 538-565.
- Tjay, T.H, Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Obat Jantung. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 585-606.
- Tjay, T.H, Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Antihipertensiva. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 538-565.
Langganan:
Postingan (Atom)
Translate
Ayo Kumpulkan Dolar
Kalender
About Me
- Afra_Rosmawati., Apt
- Kalimantan Timur, Sangatta, Indonesia
- Sederhana, simple, ga banyak ngomong, romantis tapi sedikit cuek ^_~
Total Tayangan
Link favoritQ
Lencana Facebook
On Twitter
Diberdayakan oleh Blogger.