Rabu, 18 Januari 2012
Pegagan sebagai Hepatoprotektor
21.47 | Diposting oleh
Afra_Rosmawati., Apt |
Edit Entri
Efektivitas Penggunaan Pegagan (Centela asiatica Linn.)
Sebagai Hepatoprotektor Pada Pengobatan Hepatitis
Oleh : Rosmawati S.Farm (11762087)
Pembimbing : drh. Sapto Yuliani, MP
Program Profesi Apoteker Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRAK
Pendahuluan : Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Jika seseorang menderita hepatitis dapat menghancurkan kesehatan orang tersebut secara keseluruhan karena racun tetap mengendap pada darah dan merusak atau mengganggu kerja organ lain. Akibat lainnya adalah hati menolak darah yang mengalir sehingga tekanan darah menjadi tinggi dan pecahnya pembuluh darah. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A,B,C,D,E,F dan G. Pengobatan moderen hepatitis sampai saat ini belum memuaskan, angka kekambuhan yang cukup tinggi, efek samping yang berat, dan harga obat yang sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh sebagian penderita, menyebabkan penderita berpaling ke metode pengobatan lain. Salah satu metode pengobatan yang digunakan adalah penggunaan obat herbal, yang kini telah banyak diteliti dan diharapkan dapat diaplikasikan sebagai terapi adjuvant dalam penanganan kasus hepatitis. Tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan hepatitis adalah pegagan (Centela asiatica) yang diduga kandungan kimia asiatikosidenya dapat memperbaiki fungsi hati dan mengobati hepatitis. Metode: Menggunakan metode sistematik review, dengan mengambil beberapa artikel eksperimental dari berbagai situs ilmiah seperti pubmed, google scholar, sciencedirect. Hasil dan kesimpulan: Pegagan (Centela asiatica) memiliki efek hepatoprotektor pada penderita hepatitis dengan kandungan asiatikoside dimana mekanismenya meningkatkan perbaikan dan penguatan sel hati disamping itu pula Asiatikoside bertindak sebagai penangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Olehnya itu dapat disimpulkan pegagan dapat digunakan untuk terapi altenatif pada penderita hepatitis.
Kata kunci: Centela asiatica, Hepatitis, asiatikoside, hepatoprotektor
Kata kunci: Centela asiatica, Hepatitis, asiatikoside, hepatoprotektor
Penyakit hepatitis telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B dan lebih dari 350 juta orang menderita hepatitis B kronik, yang mengakibatkan tingginya peluang terkena sirosis (pengerasan organ hati), kegagalan hati, dan kanker hati. Diperkirakan 1 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat sirosis dan kanker hati. Sementara Hepatitis C telah menyerang sekitar 130 - 170 juta orang di dunia dan menyebabkan lebih dari 350 ribu kematian.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat endemiksitas hepatitis sedang sampai tinggi. Pengobatan moderen hepatitis sampai saat ini belum memuaskan, angka kekambuhan yang cukup tinggi, efek samping yang berat, dan harga obat yang sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh sebagian penderita, menyebabkan penderita berpaling ke metode pengobatan lain sebagai pelengkap ataupun alternatif obat modern. Metode pengobatan ini sering dinamakan Complementary and Alternative Medicine (CAM). Ada banyak sebenarnya metode CAM, satu diantaranya memanfaatkan zat aktif dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pengobatan herbal.
Berdasarkan pertimbangan ini beberapa farmasis, dokter bahkan penderita mulai memilih terapi alternatif dengan tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang digunakan untuk terapi altenatif dari hepatitis adalah pegagan (Centela asiatica Linn), dimana kandungan glikosida triterpenoidnya yaitu asiatikoside berperan dalam melindungi sel hati dari kerusakan. Tetapi, belum diketahui seberapa efektif asiatikosida dalam melindungi sel hati dari pengaruh zat toksik yang merusak. Olehnya itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari asiatikoside dengan melakukan review dari beberapa penelitian yang ada sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penanganan untuk terapi altenatif dari penderita hepatitis.
METODOLOGI
Metodologi yang digunakan adalah sistematik review yaitu kumpulan dari berbagai jurnal penelitian elektronik dengan metode clinical trial tentang efektivitas pengunaan pegagan (Centela asiatica) pada pengobatan hepatitis. Pencarian dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan teori yang mendukung penulisan ini. Artikel yang digunakan adalah artikel yang relevan dengan karya tulis dan merupakan artikel eksperimental. Adapun PICO yang digunakan P adalah hepatitis, I adalah Centela asiatica, C adalah placebo, O adalah efficacy, effectivity. Artikel ilmiah tersebut didapat dari searching elektronik melalui situs pubmed, google scholar, sciencedirect.
HASIL
Dari kata kunci yang digunakan dalam pencarian ini terdapat beberapa artikel yang kesemuanya artikel yang relevan dengan karya tulis. Artikel tersebut dipaparkan pada tabel I.
Tabel I. Artikel-artikel yang relevan dengan karya tulis
No | Judul, Pengarang, tahun | Jenis artikel | Hasil |
1. | Hepatoprotective effect of Centella asiatica (L) in carbon tetrachloride-induced liver injury in rats, Anthony B, et al. 2006 | Eksperimental praklinik | Ekstrak pegagan dengan dosis 40 mg/kg memperlihatkan efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang diinduksi dengan karbon tetraklorida. Efek ini disebabkan adanya asiatikoside (14,5%) dalam ekstrak pegagan. Pemberian asiatikoside dalam pegagan menyebabkan pemulihan 40% dari sel-sel hati yang rusak ke keadaan normal. |
2. | Pengaruh Pemberian ekstrak daun pegagan (Centela asiatica) terhadap kadar SGPT dan SGOT hati dengan Paracetamol, Baiq Syifaiyah, 2008 | Eksperimental praklinik | Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit yang diinduksi dengan paracetamol pada dosis 250 mg/kg BB. Dosis ekstrak daun pegagan yang digunakan adalah 53 mg/kgBB selama 7 hari, 110 mg/kgBB selama 14 hari dan 220 mg/kgBB selama 21 hari, hasil penelitian menunjukan ekstrak daun pegagan memiliki sifat hepatoprotektif pada dosis efektif 220 mg/kgBB dengan lama peberian 21 hari. |
3. | Effect of total glucosides of Centella asiatica on antagonizing liver fibrosis induced by dimethylnitrosamine in rats, Ming ZJ et al, 2004 | Eksperimental praklinik | Pengamatan Histopathologi menunjukkan bahwa GCA (glucosidal Centella asiatica) memiliki efek signifikan anti-liver fibrosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa GCA memiliki sifat preventif dan efek terapeutik hati tikus yang diinduksi dengan DMN. |
4. | The blocking effects of glucoside of centella asiatica on rat liver fibrosis induced by CCl_4, Yang Guang, 2009 | Eksperimental praklinik | Pada dosis 2 mg GCA mampu memblok terjadinya fibrosis hati tikus yang diinduksi oleh CCl4. |
5. | Water Soluble extract of Asioticoside and madecassoside from Centela asiaticaI | Eksperemental praklinik | Penelitian ini menggunakan tikus wistar (jantan BB 150-200 g) yang telah dipuasakan 1 hari sebelum pengujian, hati tikus tersebut dikultur kemudian diinduksi dengan CCl4, kemudian hati tikus tersebut diberikan WS-TECA (Water soluble Centela asiatica) yang kemudian akan diukur kadar GPT dari sel hati tikus tersebut, hasilnya pada konsentrasi 200 ug/ml WS-TECA dapat menurunkan kadar GPT sebesar 53,0 % |
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Hati adalah organ yang sangat penting untuk mempertahankan hidup karena menjadi pusat metabolisme tubuh. Kerusakan sel hati dapat berupa nekrosis sehingga enzim yang terkandung di dalamnya akan keluar dan masuk ke peredaran darah. Enzim serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) merupakan enzim yang spesifik untuk evaluasi kelainan hati. Aktivasi sel Kupffer pada peradangan hati akan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah berlebih akan menyebabkan stres oksidatif, yang dapat dilihat dengan pemeriksaan kadar malondialdehid (MDA) dari darah dan jaringan. Salah satu penyakit hati adalah hepatitis.
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Peradangan hati dapat disebabkan oleh infeksi berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa. Namun pada umumnya disebabkan oleh virus (hepatitis virus). Radang hati juga dapat terjadi akibat bahan-bahan kimia yang meracuni hati, obat-obatan, dan alkohol, yang disebut juga dengan hepatitis non-virus. Hepatitis dikategorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A,B,C,D,E,F dan G.
Dalam pengamatan efektifitas penggunaan ekstrak pegagan pada terapi pengobatan hepatitis, diperoleh diantaranya lima jurnal ilmiah. Pada jurnal ilmiah tersebut fokus terhadap efektifitas pegagan sebagai hepatoprotektor.Pada salah satu penelitian yang dilakukan (Yang Guang, 2009) dimana penelitiannya bertujuan untuk meneliti efek dari glukosida pegagan (GCA) dalam memblok terjadinya fibrosis hati setelah diinduksi dengan CCl4. Menggunakan Tikus yang dibagi 3 kelompok : kelompok normal, kelompok model dan kelompok perlakuan. Tikus kelompok model dan perlakuan disuntik intraperitoneal dengan campuran CCl4 dan minyak kacang tanah (1:4) dalam dosis 0,2 g ml/100 selama 4 minggu untuk menginduksi fibrosis hati. Tikus kelompok normal hanya diobati dengan minyak kacang tanah. Kelompok perlakuan diberi 2 mg GCA. Semua tikus dibunuh pada akhir percobaan. Perubahan patologis dari jaringan hati diamati di bawah mikroskop. Dilakukan pula pengukuran terhadap tingkat globulin serum (GLB), albumin (ALB), alanin transaminase (ALT), asam aspartare aminotransferase (AST) dan hyaluronc (HA). Hasil nilai dari fibrosis hati pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada kelompok model (P0.05). Tingkat serum ALT, AST dan HA dalam kelompok perlakuan juga secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada kelompok model (P0.01). Namun, tingkat dari GLB dan ALB tidak berbeda secara bermakna pada kedua kelompok. Kesimpulan glukosida pegagan mampu memblok terjadinya fibrosis hati tikus yang diinduksi oleh CCl4.
Pada penelitian lain, yang dilakukan oleh (Baiq, 2008) dengan menggunakan 30 ekor mencit yang diinduksi dengan Paracetamol pada dosis 250 mg/kg BB. Dosis ekstrak daun pegagan yang digunakan adalah 53 mg/kgBB selama 7 hari, 110 mg/kgBB selama 14 hari dan 220 mg/kgBB selama 21 hari, hasil penelitian menunjukan ekstrak daun pegagan memiliki sifat hepatoprotektif pada dosis efektif 220 mg/kgBB dengan lama pemberian 21 hari.
Disebutkan pula pada salah satu penelitian (Kim, 2002) dengan menggunakan tikus wistar (jantan BB 150-200 g) yang telah dipuasakan 1 hari sebelum pengujian, hati tikus dikultur lalu diinduksi dengan CCl4, kemudian hati tikus tersebut diberikan WS-TECA (Water soluble Centela asiatica) yang kemudian diukur kadar GPT dari sel hati tikus tersebut, hasilnya pada konsentrasi 200 ug/ml WS-TECA dapat menurunkan kadar GPT sebesar 53,0 %.
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Peradangan hati dapat disebabkan oleh infeksi berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa. Namun pada umumnya disebabkan oleh virus (hepatitis virus). Radang hati juga dapat terjadi akibat bahan-bahan kimia yang meracuni hati, obat-obatan, dan alkohol, yang disebut juga dengan hepatitis non-virus. Hepatitis dikategorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A,B,C,D,E,F dan G.
Dalam pengamatan efektifitas penggunaan ekstrak pegagan pada terapi pengobatan hepatitis, diperoleh diantaranya lima jurnal ilmiah. Pada jurnal ilmiah tersebut fokus terhadap efektifitas pegagan sebagai hepatoprotektor.Pada salah satu penelitian yang dilakukan (Yang Guang, 2009) dimana penelitiannya bertujuan untuk meneliti efek dari glukosida pegagan (GCA) dalam memblok terjadinya fibrosis hati setelah diinduksi dengan CCl4. Menggunakan Tikus yang dibagi 3 kelompok : kelompok normal, kelompok model dan kelompok perlakuan. Tikus kelompok model dan perlakuan disuntik intraperitoneal dengan campuran CCl4 dan minyak kacang tanah (1:4) dalam dosis 0,2 g ml/100 selama 4 minggu untuk menginduksi fibrosis hati. Tikus kelompok normal hanya diobati dengan minyak kacang tanah. Kelompok perlakuan diberi 2 mg GCA. Semua tikus dibunuh pada akhir percobaan. Perubahan patologis dari jaringan hati diamati di bawah mikroskop. Dilakukan pula pengukuran terhadap tingkat globulin serum (GLB), albumin (ALB), alanin transaminase (ALT), asam aspartare aminotransferase (AST) dan hyaluronc (HA). Hasil nilai dari fibrosis hati pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada kelompok model (P0.05). Tingkat serum ALT, AST dan HA dalam kelompok perlakuan juga secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada kelompok model (P0.01). Namun, tingkat dari GLB dan ALB tidak berbeda secara bermakna pada kedua kelompok. Kesimpulan glukosida pegagan mampu memblok terjadinya fibrosis hati tikus yang diinduksi oleh CCl4.
Pada penelitian lain, yang dilakukan oleh (Baiq, 2008) dengan menggunakan 30 ekor mencit yang diinduksi dengan Paracetamol pada dosis 250 mg/kg BB. Dosis ekstrak daun pegagan yang digunakan adalah 53 mg/kgBB selama 7 hari, 110 mg/kgBB selama 14 hari dan 220 mg/kgBB selama 21 hari, hasil penelitian menunjukan ekstrak daun pegagan memiliki sifat hepatoprotektif pada dosis efektif 220 mg/kgBB dengan lama pemberian 21 hari.
Disebutkan pula pada salah satu penelitian (Kim, 2002) dengan menggunakan tikus wistar (jantan BB 150-200 g) yang telah dipuasakan 1 hari sebelum pengujian, hati tikus dikultur lalu diinduksi dengan CCl4, kemudian hati tikus tersebut diberikan WS-TECA (Water soluble Centela asiatica) yang kemudian diukur kadar GPT dari sel hati tikus tersebut, hasilnya pada konsentrasi 200 ug/ml WS-TECA dapat menurunkan kadar GPT sebesar 53,0 %.
Penelitian lain juga menyebutkan (Anthony B, et al. 2006) bahwa pegagan memiliki efek hepatoproktektor, yang mana penelitian ini menggunakan tikus Sprague Dawley yang telah diinduksi secara intraperitoneal karbon tetraklorida (1 ml / kg) kemudian diobati dengan ekstrak pegagan secara oral dalam dua dosis (20 dan 40 mg / kg / hari) selama 3 bulan. Penelitian ini menggunakan parameter biokimia seperti protein total serum, albumin dan enzim penanda (aspartat aminotransferase, alkali fosfatase dan alanine aminotransferase) dalam melihat apakah terjadi kerusakan hati hati atau tidak.
Studi histopatologi hati juga dilakukan untuk mengkonfirmasi perubahan biokimia. Induksi karbon tetraklorida memiliki efek hepatotoksik yang nyata dengan peningkatan (p <0,05) yang signifikan dalam enzim penanda serum dan penurunan protein total serum dan albumin. Pemberian ekstrak pegagan efektif menghambat perubahan ini, efek maksimum dengan dosis 40 mg/kg. Pemeriksaan histopatologi jaringan hati dikuatkan juga dengan perubahan biokimia. Steatosis hepatik, degenerasi hidropik dan nekrosis terlihat pada kelompok perlakuan yang diberi karbon tetraklorida. Ekstrak pegagan memperlihatkan efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang diinduksi dengan karbon tetraklorida. Efek ini disebabkan adanya asiatikoside (14,5%) dalam ekstrak pegagan. Pemberian asiatikoside dalam pegagan menyebabkan pemulihan 40% dari sel-sel hati yang rusak ke keadaan normal. Disebutkan dalam studi sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian asiatikoside, secara signifikan meningkatkan kadar enzim antioksidan seperti superoksida oksida super, katalase, peroksidase glutation dalam jenis luka eksisi kulit pada tikus. Antioksidan seperti asam ellagic dan kurkumin telah dilaporkan dapat melindungi luka hati dan fibrosis yang diinduksi oleh hepatotoxins. Oleh karena efek hepatoprotektif pegagan dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena tindakan antioksidan kuat yang hadir yaitu asiatikoside (14,5%) dalam ekstrak pegagan tersebut.
Pada penelitian lain (Ming,2004) peneliti menggunakan tikus yang telah diinduksi dengan dimethylnitrosamine (DMN) secara intraperitonial selama 6 minggu. Tikus secara acak dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok model, kelompok kontrol positif yang diberikan kolkisin dan GCA (glucosidal Centella asiatica) dimana tiga kelompok diberikan dengan dosis tinggi, moderat dan rendah. Pengamatan Histopathologi menunjukkan bahwa GCA (glucosidal Centella asiatica) memiliki efek signifikan anti-liver fibrosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa GCA memiliki sifat preventif dan efek terapeutik hati tikus yang diinduksi dengan DMN.
Berdasarkan review jurnal ilmiah tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pegagan (Centela asiatica) memiliki efek hepatoprotektor pada penderita hepatitis dengan kandungan asiatikoside dimana mekanismenya meningkatkan perbaikan dan penguatan sel hati disamping itu pula Asiatikoside bertindak sebagai penangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel.
Studi histopatologi hati juga dilakukan untuk mengkonfirmasi perubahan biokimia. Induksi karbon tetraklorida memiliki efek hepatotoksik yang nyata dengan peningkatan (p <0,05) yang signifikan dalam enzim penanda serum dan penurunan protein total serum dan albumin. Pemberian ekstrak pegagan efektif menghambat perubahan ini, efek maksimum dengan dosis 40 mg/kg. Pemeriksaan histopatologi jaringan hati dikuatkan juga dengan perubahan biokimia. Steatosis hepatik, degenerasi hidropik dan nekrosis terlihat pada kelompok perlakuan yang diberi karbon tetraklorida. Ekstrak pegagan memperlihatkan efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang diinduksi dengan karbon tetraklorida. Efek ini disebabkan adanya asiatikoside (14,5%) dalam ekstrak pegagan. Pemberian asiatikoside dalam pegagan menyebabkan pemulihan 40% dari sel-sel hati yang rusak ke keadaan normal. Disebutkan dalam studi sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian asiatikoside, secara signifikan meningkatkan kadar enzim antioksidan seperti superoksida oksida super, katalase, peroksidase glutation dalam jenis luka eksisi kulit pada tikus. Antioksidan seperti asam ellagic dan kurkumin telah dilaporkan dapat melindungi luka hati dan fibrosis yang diinduksi oleh hepatotoxins. Oleh karena efek hepatoprotektif pegagan dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena tindakan antioksidan kuat yang hadir yaitu asiatikoside (14,5%) dalam ekstrak pegagan tersebut.
Pada penelitian lain (Ming,2004) peneliti menggunakan tikus yang telah diinduksi dengan dimethylnitrosamine (DMN) secara intraperitonial selama 6 minggu. Tikus secara acak dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok model, kelompok kontrol positif yang diberikan kolkisin dan GCA (glucosidal Centella asiatica) dimana tiga kelompok diberikan dengan dosis tinggi, moderat dan rendah. Pengamatan Histopathologi menunjukkan bahwa GCA (glucosidal Centella asiatica) memiliki efek signifikan anti-liver fibrosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa GCA memiliki sifat preventif dan efek terapeutik hati tikus yang diinduksi dengan DMN.
Berdasarkan review jurnal ilmiah tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pegagan (Centela asiatica) memiliki efek hepatoprotektor pada penderita hepatitis dengan kandungan asiatikoside dimana mekanismenya meningkatkan perbaikan dan penguatan sel hati disamping itu pula Asiatikoside bertindak sebagai penangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel.
KESIMPULAN
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pegagan terbukti memiliki efektivitas sebagai hepatoprotektor dimana efeknya dapat meningkatkan perbaikan dan penguatan sel hati.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony et al. 2006. (google scholar.com). Hepatoprotective effect of Centella asiatica (L) in carbon tetrachloride-induced liver injury in rats. Indian Journal of Pharmaceutical science (68) hal 772-776 diakses 28 Desember 2011
Kim et al. 2002. (google scholar.com).Water Soluble extract of Asioticoside and madecassoside from Centela asiaticaI and isolating method thereof (http://www.google.co.id/patents?hl=id&lr=&vid=USPAT6417349&id=QTMLAAAA) diakses 28 Januari 2011
Ming, Zj. 2004.(pubmed.com).Effect of total glucosides of Centella asiatica on antagonizing liver fibrosis induced by dimethylnitrosamine in rats (Zhongguo Zhong Xi Yi (Aug ;24(8);731-4) diakses 2 Januari 2011
Syifaiyah, Baiq. 2008. (online). Pengaruh Pemberian ekstrak daun pegagan (Centela asiatica) terhadap kadar SGPT dan SGOT hati dengan Paracetamol(lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/04520020.ps) diakses 2 Januari 2012
Yang Guang et al. 2009. (google scholar.com). The blocking effects of glucoside of centella asiatica on rat liver fibrosis induced by CCl_4 (Chines Journal of gastroenterology and Hepatology (2009-05)
Kim et al. 2002. (google scholar.com).Water Soluble extract of Asioticoside and madecassoside from Centela asiaticaI and isolating method thereof (http://www.google.co.id/patents?hl=id&lr=&vid=USPAT6417349&id=QTMLAAAA) diakses 28 Januari 2011
Ming, Zj. 2004.(pubmed.com).Effect of total glucosides of Centella asiatica on antagonizing liver fibrosis induced by dimethylnitrosamine in rats (Zhongguo Zhong Xi Yi (Aug ;24(8);731-4) diakses 2 Januari 2011
Syifaiyah, Baiq. 2008. (online). Pengaruh Pemberian ekstrak daun pegagan (Centela asiatica) terhadap kadar SGPT dan SGOT hati dengan Paracetamol(lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/04520020.ps) diakses 2 Januari 2012
Yang Guang et al. 2009. (google scholar.com). The blocking effects of glucoside of centella asiatica on rat liver fibrosis induced by CCl_4 (Chines Journal of gastroenterology and Hepatology (2009-05)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Ayo Kumpulkan Dolar
Kalender
About Me
- Afra_Rosmawati., Apt
- Kalimantan Timur, Sangatta, Indonesia
- Sederhana, simple, ga banyak ngomong, romantis tapi sedikit cuek ^_~
Total Tayangan
64076
Lencana Facebook
On Twitter
Twitter
Diberdayakan oleh Blogger.
Pengikut
3 komentar:
mancap ibuuuuu
mantap banget,,,
heheheeh makasih sobat...tapi belum aku edit tata letaknya soalnya jaringan modem jelek...nanti ajah...
Posting Komentar